Pengertian Dan Langkah-langkah Model Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning Model)



Model pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning model) merupakan model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka dengan mengisi dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak berhubungan dengan suatu bidang studi atau mata pelajaran khusus. Model ini didasari atas temuan-temuan Piaget yang menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif pada anak terjadi ketika berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan mereka yang membingungkan atau yang nampak bertentangan dihadapan siswa. Oleh sebab itu, pada penggunaan model belajar melalui pengalaman (experiential learning model) ini, kegiatan belajar harus banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong dan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu siswa dan diharapkan dapat menyedot seluruh perhatian siswa. Misalnya melakukan demonstrasi terhadap suatu benda nyata yang kemudian memperlihatkan kejadian tersebut kepada siswa.
Beberapa hal yang perlu dilakukan guru pada model belajar melalui pengalaman (experiential learning model) dapat berjalan secara efektif yaitu.
1. Menyediakan media, bahan-bahan, atau benda-benda konkrit sebagai bahan untuk digunakan dalam pembelajaran, ditelaah, atau diteliti oleh siswa.
2. Merancang dan menyediakan pemenuhan serangkaian kegiatan yang cukup luas dan dapat memberi daya tarik untuk meningkatkan minat siswa serta menumbuhkan rasa keterlibatan para siswa dengan antusias.
3. Mengatur kegiatan pembalajaran yang bermakna, sehingga siswa yang berbeda tingkat perkembangan kognitifnya dapat belajar satu sama lainnya dengan tertib.
4.  Mengarahkan siswa untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya dalam mengungkap alasan-alasan siswa yang mendasari mereka.
5. Menciptakan lingkungan kelas yang dapat mengarahkan siswa dan dapat meningkatkan perkembangan proses berpikir kognitif siswa ke arah yang lebih baik.
Model belajar melalui pengalaman (experiential learning model) merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada cara-cara siswa dalam memproses informasi, pertumbuhan pribadi, dan keterampilan berinteraksi sosial yang tinggi tanpa membedakan ras atau suku. Model ini dapat diterapkan pada mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran yang lain dan sangat cocok untuk dikembangkan pada satuan tingkat pendidikan sekolah dasar.